Kamis, 03 Juni 2010

Rangsang Awal Pada Proses Penggarapan Léng (Oleh: Dicky Panca Aulia)

Apa yang terjadi jika di suatu daerah dipenuhi industri (pabrik)? Itulah pertanyaan awal yang muncul dari pikiran penulis. Sebetulnya, semakin banyak pabrik semakin berkurang pula pengangguran. Namun di sisi lain, kebutuhan manusia tidak hanya pada nilai rupiah untuk mencukupi hidupnya, juga ada kebutuhan psikologi untuk menenangkan pikiran. Bahkan ada juga yang membutuhkan ketenangan batin.


Setelah penulis membaca lakon Leng, yang bercerita tentang makam leluhur yang akan dikuasai oleh instansi atas kepentingan industri. Kemudian muncul pertanyaan kembali, Apa yang terjadi jika semua makam leluhur dikuasai oleh industri (pabrik)? sedangkan makam leluhur menjadi identitas hampir setiap daerah di Indonesia sehingga menjadi sesuatu tempat yang sakral. Suatu sarana yang dirawat dan dihormati warga sekitar daerah setempat. Sebab pada zaman hidupnya, sosok leluhur itu banyak memberikan kontribusi pada masyarakat berupa pemikiran, keyakinan, ajaran, babat alas daerah atau yang lain. Bahkan pada beberapa kota di Jawa Timur, makam leluhur di sahkan menjadi suatu obyek wisata tepatnya obyek wisata religius. Paradigma yang terjadi pada masyarakat, dulu hingga sekarang bahwa “wong mati iso wenehi rejeki sing urip”, paradigma tersebut muncul karena di area makam-makam leluhur banyak pekerja wiraswasta yang mengadu nasib untuk mempertahankan hidupnya.

Menurut pertanyaan di atas muncul peristiwa yang menjadi analisa dan perkiraan penulis. Di tinjau dari ke-sakral-an obyek-obyek tersebut dan kuatnya mitos tradisi, hal yang mustahil untuk terjadi bisa saja terjadi. Misalnya, mungkin saja para roh marah akibat rumahnya dikuasai pribadi dan bukan untuk umum. Ketika makam tersebut di kuasai secara pribadi, maka peraturan untuk berkunjung ke makam pun akan terbatas pula, menurut kepentingan pribadi / intansi tersebut. Kenyamanan berkunjung terganggu, kebiasaan-kebiasaan warga dalam menyikapi makam tersebut perlahan luntur menjadi tersingkir. Orang-orang kecil yang mengadu nasib di sekitar makam tersebut. Akibat industrialisasi yang sangat pesat, perlahaMenghapus Format dari bidang pilihann melunturkan budaya dan kebiasaan masyarakat Jawa dalam menyikapi makam-makam leluhurnya.

Berangkat dari persoalan diatas, penulis berniat memproses lakon tersebut sebagai wujud peduli pada masyarakat pinggiran dan masyarakat yang dipinggirkan sebagai wacana dalam menghadapi realitas sosial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar